Sabtu, 29 Juni 2013





Setiap tempat punya cerita.
Ini tentang sebuah pertemuan takdir Aline dan seorang laki-laki bernama Sena. Terlepas dari hal-hal menarik yang dia temukan di diri orang itu, Sena menyimpan misteri, seperti mengapa Aline diajaknya bertemu di Bastille yang jelas-jelas adalah bekas penjara, pukul 12 malam pula.
Dan mengapa pula laki-laki itu sangat hobi mendatangi tempat-tempat seperti pemakaman Pere Lachaise yang konon berhantu ?


Ini sepotong kisah cinta yang dikirimkan dari Paris dengan prangko yang berbau harum.




Terimakasih kakakku wahyu widiya suryani ning waluyo untuk dua hari yang lalu sebagai hadiah ulang tahun yang terlambat atau malah terlalu cepat, nginget lima bulan lagi udah masuk bulan november. Haha
Novel ini "tres bien" (meniru gaya Sena di novel yang riang dan heboh). Sebuah novel karya Prisca Primasari ini bahasanya mudah dan menyenangkan, buat penasaran juga ketagihan buka lembar demi lembarnya. Ceritanya gak klise.
Novel ini sebenarnya nyaris mengancam rampungnya laporan dan presentasi kerja praktek saya karena kaidah penulisan laporan yang melengkapkan kebosanan liburan semester ini. Novel ini juga memotivasi saya agar lebih bersemangat menjemput Paris saya yang saya idam-idamkan. Novel ini menggambarkan beberapa tempat bersejarah dan menarik di kota modern Paris.


Ini toko buku Shakespere and Co.




Kalimat yang paling saya suka dalam novel ini. ketika Aline menanyakan orang seperti apa dirinya pada ka Ezra. "Sejak kenal Aline.. Saya merasa ada warna lain dalam hidup saya. Selain biru." jawab ka Ezra.

Kamis, 06 Juni 2013

HUBUNGAN TIDAK HANYA ANTARA DUA HATI, TAPI JUGA ANTARA DUA KEPRIBADIAN.

Surat Damai


Karena apa ? Siapa ?

Kau terlalu banyak berharap pada orang yang tak bisa mewujudkan harapanmu. Tapi hatimu tidak cukup besar untuk menerima. Tapi kau juga tak bisa berbuat apa-apa. Kau masih bersikeras menunggu. Menunggu sesuatu yang tak pasti datang padamu.

Pada akhirnya, kau hanya bisa berspekulasi tentang banyak hal. Tentang segala yang membuatmu makin percaya tapi tetap menunggu. Namun makin jauh kau melangkah, kau malah maki kehilangan arah.

Kau tak ingin ambil peduli.

Kau memaksa dirimu, hatimu, pikiranmu, untuk percaya bahwa segala sesuatunya akan tetap baik-baik saja. Meski pada kenyataannya, kau bisa lihat bahwa apa yang kau percaya telah berjalan menjauhi apa yang semestinya.

Lantas, sekarang kau bertahan karena apa ? Karena siapa ?

Karena takut kehilangan genggaman yang tak lagi menguatkan ?

Minggu, 02 Juni 2013

Ketika apa yang saya maksud ga dimengerti orang lain yaa wajar sih. Saya aja ga pernah bener-bener memahami diri saya sendiri.